Advertisement
Empat Dampak Negatif Ponsel Terhadap Kinerja Saraf dan Cara Mengatasinya - Era ponsel, mungkin inilah frasa yang tepat untuk mengungkapkan bagaimana ponsel telah menjelma menjadi alat komunikasi yang "wajib" dimiliki oleh setiap orang. Namun, tahukah sahabat SpesialTips! sekalian, dibalik manfaat ponsel yang dianggap dapat memudahkan hidup, ternyata juga dapat membawa dampak negatif yang cukup serius bagi kesehatan penggunanya.
Empat Dampak Negatif Ponsel Terhadap Kinerja Saraf dan Cara Mengatasinya |
Ya, bukan sekedar isapan jempol semata, bahwa ponsel benar-benar bisa berubah menjadi penyebab masalah kesehatan, khususnya bagi kinerja saraf si pemilik ponsel. Berdasarkan informasi yang dikutip dari prevention.com, seorang ahli psikologi dari California State University, Dr. Larry D. Rosen, mengungkapkan bahwa terdapat setidaknya empat dampat negatif ponsel terhadap kinerja saraf, akibat dari penggunaan ponsel yang berlebihan. Apa dan bagaimana ke empat dampak negatif ponsel tersebut? Berikut ulasan selengkapnya.
1. Phantom Syndrome Vibration Syndrome
Sebuah kondisi dimana seorang merasa seolah-olah merasakan ponsel dalam sakunya bergetar, karena sebuah panggilan atau notifikasi pesan, padahal pada kenyataannya ponsel tersebut tidak sedang bergetar. Diketahui bahwa berdasarkan perkiraan seorang ahli saraf dari University Of Sydney, Alex Blaszczynski, menjelaskan bahwa phantom vibration syndrome terjadi akibat transmisi (radiasi) ponsel yang tertangkap oleh saraf dan respon yang muncul dari keadaan tersebut adalah sensasi ponsel yang terasa seperti bergetar. Penelitian
terbaru menunjukkan, saat seseorang terlalu fokus pada pesan-pesan yang
masuk di ponsel, maka akan semakin besar risiko bagi orang tersebut
untuk mengalami masalah ini.
2. Low Battery Anxiety (LBA) Syndrome
Secara harfiah, mungkin kita sudah dapat menebak apa maksud dari low Battery Anxiety (LBA) Sydrome, namun perlu diketahui bahwa LBA Syndorome mampu membuat seseorang menjadi tidak realistis karena kecemasan berlebihan terhadap perasaan hilangnya komunikasi, akibat daya baterai ponsel yang akan habis. Akibatnya juga cukup mengkhawatirkan, yaitu seseorang bisa mengalami obsesi berlebihan pula untuk mendapatkan charger (pengisi daya), dan pada tingkatan tertentu bisa menjadi tidak terkendali. Diketahui pula berdasarkan sebuah survei sebuah perusahaan produsen ponsel ternama, dari 2.000 pengguna smartphone di Amerika Serikat, pernah mengalami Low Battery Anxiety (LBA) Syndrome.
3. FoMO (Fear of Missing Out)
FoMO adalah masalah kecemasan takut kehilangan atau tertinggal informasi terbaru bila tak melihat media sosial. Tentu saja, hal ini berhubungan erat dengan penggunaan ponsel saat ini, dimana akses terhadap media sosial lebih banyak menggunakan ponsel. Anehnya, masalah kecemasan FoMO, bisa juga mengakibatkan munculnya perasaan cemburu dan depresi, saat melihat postingan orang terdekat untuk hal-hal yang menyenangkan.
4. Nomophobia
Ponsel hilang atau tertinggal? Wah, bagi beberapa orang hal ini ternyata dapat berdampak serius, yaitu menyebabkan terjadinya masalah kecemasan yang disebut dengan Nomophobia. Istilah kecemasan yang pertama kali diungkapkan dalam sebuah penelitian di Britania Raya, pada tahun 2010, menyebutkan bahwa Nomophobia adalah sindrom kecemasan seseorang yang menjadi takut tak memiliki akses (kehilangan) terhadap ponsel mereka.
Lantas, hal apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi keempat dampak negatif yang telah dijelaskan di atas? Disarankan bagi Anda pemilik ponsel untuk lebih bijaksan dalam menggunakan ponsel Anda, sesuai dengan saran Dr. Larry D. Rosen, yang menjelaskan bagi para pengguna ponsel untuk mengatur jadwal penggunaan ponsel, yaitu denga sebuah metode unik yang disebut dengan teknik "7 to 7" yaitu menyalakan ponsel pada jam 7 pagi dan mematikannya pada jam 7 malam.
Demikianlah informasi yang dapat SpesialTips! bagikan tentang empat dampak negatif ponsel terhadap kinerka saraf dan cara mengatasinya. Semoga informasi tersebut bisa menjadi tambahan pengetahuan yang bermanfaat bagi sahabat pembaca sekalian.
Advertisement